Pada suatu pagi buta, seorang raja meminta beberapa prajurit istananya untuk menaruh sebuah batu besar di tengah jalan lalu ia bersembunyi untuk memperhatikan reaksi orang-orang saat melihat batu itu.
Para saudagar dan jutawan melewati batu besar itu tanpa melirik. Mereka sibuk bercakap-cakap dengan sesama jutawan, ada yang sambil menghitung uang dan ada yang wajahnya tanpa ekspresi.
Beberapa punggawa istana lewat di jalan itu. Setelah melihat batu besar itu, mereka mulai berbicara tentang jenis batu, perkiraan ukuran dan berat, dari mana batu itu berasal, bagaimana bisa sampai di situ, berapa macam cara mengambil dan mengangkut batu sebesar itu dll. Tak jarang mereka berselisih pendapat.
Beberapa anak muda melewati batu itu sambil menggerutu dan menghujat pihak kerajaan. "Kenapa bisa ada batu di tengah jalan ini? Mengapa pihak kerajaan begitu lalai dan membiarkan hal seperti ini terjadi? Lalu apa yang mereka kerjakan dengan gaji yang mereka terima setiap bulannya? Kalau mereka tidak becus bekerja, mengapa tidak dipecat saja dan diganti dengan tenaga muda di negeri ini?
Begitulah yang terjadi… setiap orang melihat batu besar itu, nanun tidak ada seorang pun juga yang mempunyai perhatian dan memindahkan atau menggeser batu tersebut.
Akhirnya, senja pun datang dan tiba-tiba seorang kakek pekerja kasar melewati jalan itu. Melihat batu besar yang menghambat jalan, ia pun segera saja mencoba menggeser batu tersebut.
Ia mengambil batu agak kecil sebagai landasan pengungkit untuk mencongkel dan menggelindingkan batu besar itu sedikit demi sedikit hingga akhirnya batu itu berhasil ia pinggirkan.
Keringat membasahi kulit tuanya. Tiba-tiba ia melihat kotak kecil di bawah batu itu. Dibukanya kotak itu dan ia terperanjat, ternyata isinya adalah emas dan perhiasan berharga. Di dalamnya ada secarik kertas bertuliskan:
"Setiap rintangan sesungguhnya adalah sebuah kesempatan untuk menjadi lebih baik. Jika kita menaruh gula dalam teh tapi tidak mengaduknya bagaimana mungkin kita bisa merasakan rasa manisnya. Hidup itu perlu usaha, rintangan bukan untuk dilihat, di perbincangkan, digerutui dll. Rintangan adalah untuk disingkirkan."
Kini kita masih memasuki penghujung tahun. Apakah kita sedang melihat batu itu dengan bentuk Pandemi Covid-19 . Kita mengeluh tentang ini, kesulitan itu. Tanpa kita ada usaha apa pun untuk memperbaiki situasinya?
Cobalah bercermin apa yang menjadi Kendala dan Rintangan di tahun ini. Bercerminlah, berpikirlah bagaimana agar di tahun baru yang akan datang, kita bisa singkirkan halangan dan rintangan itu.
Ya betul, rintangan dan halangan itu bisa jadi terlalu besar. Tapi kalo tidak ada usaha maka sudah pasti hasilnya juga nihil. Kalo ada usaha, sekecil apa pun itu, jika dengan konsisten dan disiplin tinggi niscaya ada hasilnya.
Terlebih lagi Allah itu lebih kasihan pada hambanya yang mau berusaha sekalipun sulit. Daripada yang mengeluh tanpa melakukan sesuatu perbaikan apa pun.
Masih ada beban? Mari kita singkirkan semua hal yang merintangi jalan hidup kita dengan doa dan usaha. 𝗢𝗿𝗮 𝗲𝘁 𝗟𝗮𝗯𝗼𝗿𝗮!
Jangan biarkan di tahun yang akan datang masih ada ganjalan-ganjalan yang merintangi jalan dan usaha kita. Jika harus meminta maaf, mintalah maaf. Jika memiliki kemampuan harus membayar hutang, bayarlah hutang. Jika ada hal-hal yang ingin dikerjakan. Kerjakanlah di tahun ini. Jangan terus ditunda dan ditunda tanpa akhir. Tahun akan berganti tahun. Menunda-nunda sesuatu itu tidak akan mendatangkan kebaikan. Selesaikan! Singkirkan!
“𝗢𝗯𝘀𝘁𝗮𝗰𝗹𝗲𝘀 𝗮𝗿𝗲 𝘁𝗵𝗼𝘀𝗲 𝗳𝗿𝗶𝗴𝗵𝘁𝗳𝘂𝗹 𝘁𝗵𝗶𝗻𝗴𝘀 𝘆𝗼𝘂 𝘀𝗲𝗲 𝘄𝗵𝗲𝗻 𝘆𝗼𝘂 𝘁𝗮𝗸𝗲 𝘆𝗼𝘂𝗿 𝗲𝘆𝗲𝘀 𝗼𝗳𝗳 𝘆𝗼𝘂𝗿 𝗴𝗼𝗮𝗹.”
(Henry Ford)