Di sebuah desa yang sangat tenteram ada seorang pria yang menanam pohon berduri tepat di depan jalan menuju pintu masuk pekarangan rumahnya. Pak RT, Pak Lurah , Babinkamtibmas dan beberapa tokoh masyarakat sudah berulang kali memperingatkannya agar memotong pohon berduri itu.
Namun Setiap kali diingatkan, orang itu selalu mengatakan akan ditebang esok hari. Ada beragam alasan yang ia kemukakan untuk tidak melakukannya. Yang Katanya inilah, itulah , saya hari ini sibuk banyak acaralah, melakukan inilah , melakukan itulah dan sebagainya. Saat ini intinya tidak ada waktu.” Ya begitulah selalu, hingga waktu berlalu, orang itu tidak kunjung memenuhi janjinya.
Beberapa tahunpun berlalu.., orang itu pun bertambah tua tetapi pohon itu belum juga ditebang. Pohon itu bahkan bertambah besar, tumbuh seiring waktu.
Cabang²nya pun bertambah tajam & bertambah besar & hampir menutupi jalan. Duri itu tidak saja melukai orang yang melalui jalan tetapi juga melukai pemiliknya.
Sang pemiliknya kini sangat ingin menebang pohon itu, Namun apa daya usianya sudah sangat tua. Ia pun sudah lemah hingga tidak mampu lagi untuk menebang pohon tersebut.
Sahabat Facebook ku Yang Selalu Dirahmati Allah SWT, Bukankah di dalam hidup ini kita juga sering kali melakukan hal yang sama dengan orang tersebut, kita banyak sekali menanam pohon berduri didalam diri kita, duri² itu tidak saja menusuk orang lain tetapi juga menusuk diri kita sendiri.
Mulai sekarang... Ambillah kapak, Tebanglah Pohon berduri itu sekarang juga, sebelum kita kehilangan daya & sebelum ia terlalu besar untuk kita tebang.
Apa Pohon duri yang ada dalam diri kita tersebut?
Pohon duri dalam diri tersebut salahsatunya menurut Imam Imam Al-Ghazali istilah kalbu yang menunjuk kepada jantung atau hati (heart) dapat bermakna hati fisik (jasmaniah) yang menjadi pusat peredaran darah dan hati spiritual (batiniah) yang menjadi pusat perasaan, dalam arti perasaan halus (lathifah).
Hati spiritual menunjuk kepada keadaan bolak balik dalam menentukan keputusan, memelihara jiwa dengan memberikan cahaya dan kearifan. Hati fisik sangat besar pengaruhnya pada kesehatan badan dan hati spiritual besar pengaruhnya pada kesehatan jiwa.
Keduanya tidak dapat dipisahkan. Penyakit hati yang berasal dari ranah spiritual ini pun bermacam-macam meliputi kebencian, kemalasan, kemarahan, kesombongan dan hal-hal negatif lainnya. Selagi masih kecil & belum terlalu terlambat. Tebanglah pohon duri tersebut.
Pohon Duri itu laksana penyakit Jasmani, bila kita tau faktor kegemukan, pola makan yang tidak sehat dan life style yang kurang baik. Mengapa kita biarkan hingga ia menjadi pohon besar untuk kita bisa tebang. Bila ia masih kecil, jangan dibiarkan. Tebang sekaligus.
Pohon Duri itu laksana penyakit Rohani, Jadi… bila kita tau faktor malas berdoa dan Sholat bisa menjauhkan diri kita dari Allah SWT mengapa terus kita pelihara?
Pohon Duri itu laksana penyakit Mentalitas, Jadi… bila kita tau kemalasan diri, kecendrungan untuk menunda-nunda, gandrung terhadap games, sosmed dll yang mengganggu produktivitas kita, mengapa terus kita pelihara?
Pohon Duri itu juga laksana penyakit Emosional, Jadi… bila kita tau bahwa kita tidak boleh menumpuk kemarahan, & kesedihan, mengapa terus kita pelihara?
Ingatlah semakin lama diri kita semakin tak berdaya sedangkan pohon duri tersebut semakin bertambah lebat. Putuskan sekarang dan tebanglah.
Kalo boleh saya kutip sebuah firman Allah dalam Q.S.At-taubah ayat 125 begini bunyinya:
“Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam Keadaan kafir.” (QS. At-Taubah : 125)
Sakitnya hati merupakan kerusakan yang menimpanya, yang merusak pandangan dan keinginannya terhadap kebenaran.
Seseorang yang berpenyakit hati tidak melihat kebenaran sebagai kebenaran, mengutip Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam buku Thibbul Qulub: Klinik penyakit Hati.
Mereka cenderung melihatnya sebagai sesuatu yang tidak sesuai dari hakikat sebenarnya atau pengetahuannya tentang kebenaran menjadi berkurang dan merusak keinginannya terhadapnya, sehingga ia membenci kebenaran yang bermanfaat atau mencintai kebatilan yang membahayakan.
"Don’t let your “thorns plant” grow bigger until you can’t cut it off anymore. Stop them before it’s too late."